06 Agustus 2008

INILAH DUNIA KITA, DUNIA KESEHATAN

untuk menjadi mahasiswa fakultas kesehatan, mau tak mau kita telah menjadi bagian dari dunia kesehatan dengan berbagai polemiknya. Terlepas dari sadar atau tidaknya kita menetapkan pilihan itu, sekaranglah saatnya kita menentukan pilihan dengan kesadaran penuh. Hanya ada dua pilihan, tetap menjadi mahasiswa “manis” yang ahli teori atau mulai membuka mata untuk mempelejari ketimpangan aplikasi teori-teori yang kita dapatkan di bangku kuliah.
Profesi kesehatan sedang “naik daun” di Indonesia beberapa tahun belakangan. Bukan karena penemuan canggih ataupun prestasi gemilangnya, melainkan karena carut marutnya. Diawali dengan merebaknya tuntutan terhadap pelayanan dokter yang disebut masyarakat sebagai malpraktik. Sejak saat itu, mulai muncul trend berobat ke negara tetangga. Malaysia (Penang) dan Singapura paling banyak kebagian rezeki . Setiap tahun kedua negara itu mendapat devisa 400 dollar AS dari masyarakat Indonesia kalangan atas yang berobat disana Alasannya hanya sederhana, pelayanan kesehatan di luar negeri lebih baik.
Tidak mau ketinggalan pula, di dalam negeri sendiri, pelaku hukum memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh keuntungan. Profesi kesehatan dikawal ketat baik di lapangan maupun di atas kertas. Berbagai peraturan negara disusun untuk mengikat aktivitas profesi kesehatan. Disayangkan peraturan-peraturan itu dibuat dengan berkacamata kuda. Akibatnya, profesi kesehatan benar-benar terpojok hari ini, dan efek jangka panjangnya negara juga yang rugi karena krisis kepercayaan masyarakat.
Selain itu, upaya perbaikan indikator derajat kesehatan masyarakat juga sangat lambat. Walaupun ada penurunan angka kematian ibu, dan angka kematian bayi namun perkembangannya tertinggal jauh dibandingkan negara-negara tetangga.
Lima, 10 atau 20 tahun lagi, kitalah yang akan menjadi pelaku profesi kesehatan. Kalau tidak belajar dari permasalahan yang kompleks hari ini, muskil kita bisa menghasilkan solusi untuk masa mendatang. benang kusut permasalahan. Pasien kita hari ini adalah bangsa kita. Mari kita tegakkan diagnosa dan mengobati si pasien bersama.

Tidak ada komentar: